PROGRAM
TELEVISI DAN KARAKTER ANAK BANGSA
oleh Feby Utami
Jika
kita melihat program atau acara-acara yang ada di dunia pertelevisian Indonesia
sekarang, apa yang akan kita katakan? Masih tetap berkualitaskah acara-acara di
televisi itu? Mengandung edukasikah acara-acara di sana? Dan amankah acara
tersebut ditonton oleh anak-anak, saudara-saudara, adik-adik, bahkan diri kita
sendiri?
Kecewa,
itulah yang akan saya katakan melihat dunia pertelevisian di Indonesia
sekarang. Pertelevisian Indonesia sekarang ini dapat dikatakan sedang terpuruk
parah. Kenapa? Karena program-program yang mereka sajikan bukan hanya
berisikan tentang hinaan antar pemain yang mengisi acara tersebut. Bahkan
membuka rahasia atau aib orang lain. Bahasa yang mereka gunakan pun jauh dari
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tetapi, masyarakat Indonesia tidak
memedulikan hal ini. Justru mereka menyukainya. Terbukti dengan meningkatnya
rating program-program tersebut. Yang penting bagi mereka adalah acara tersebut
dapat membuat mereka terhibur. Walaupun hal yang dilakukan oleh mereka pengisi
acara ataupun tayangan tersebut melanggar berbagai norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Bukankah
di Indonesia ada sebuah lembaga yang berperan penting dalam pengawasan
penyiaran? Ya, di Indonesia ada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Lalu
pertanyaannya, bagaimana peran atau kinerja KPI melihat kondisi pertelivisian
Indonesia yang benar-benar sedang terpuruk ini? Bukan menghentikan tayangan
tersebut, tetapi yang terlihat KPI hanya sekedar menegur beberapa program yang
melanggar ketentuan penyiaran itu. Namun, teguran tersebut hanya sekedar
menjadi “angin lalu”. Buktinya, hingga kini masih banyak program yang melanggar
nilai-nilai. Justru bertambah banyak. Dan program-program yang memiliki unsur
pendidikan atau edukasi kini perlahan semakin menghilang.
Keadaan
ini pasti akan berpengaruh kepada karakter anak bangsa. Bagaimana tidak, setiap
hari mereka disuguhi acara-acara televisi tersebut. Dari pagi hingga malam
hari. Yang disajikan hanya hal-hal yang tidak mendidik, dan bahasa yang tidak
baik. Sedangkan, kebutuhan mereka akan informasi yang berguna dan mendidik
tidak ada. Lalu bagaimana jadinya karakter anak bangsa kita? Televisi mempunyai
peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter seseorang. Tetapi apabila
masyarakatnya terus disuguhi acara-acara yang tidak memiliki nilai edukasi
seperti ini, jangan salahkan apabila kelak, masyarakat Indonesia menjadi
masyarakat yang “buta pengetahuan”.
Selain
program-program yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, ada lagi catatan buruk tentang pertelevisian kita sekarang ini.
Tidak dipungkiri, dunia pertelevisian adalah pasar potensial dalam menarik
penonton. Apalagi sekarang sudah berada di tahun 2014, yang akan
dilaksanakannya pemilu. Partai politik mulai mencari pendukung atau simpatisan
melalui televisi. Lihat saja program-program atau iklan yang tayang disetiap
chanel televisi yang berisi politik terselubung. Semakin hari semakin
bertambah. Hingga ada salah satu program di sebuah stasiun televisi swasta di
Indonesia yang melakukan money politic
dengan kedok kuis berhadiah.
Sepertinya,
norma-norma di dalam dunia pertelevisisan di Indonesia benar-benar telah luntur
sekarang ini. Program-program yang ditayangkannya pun terbilang biasa saja,
justru sangat tidak berkualitas dan tidak edukatif. Tetapi herannya masyarakat
kita menyukainya. Mereka tidak sadar bahwa hal ini adalah bibit-bibit sifat,
kebiasaan bahkan budaya yang tidak baik.
Kondisi
ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, dampaknya pasti akan kembali lagi kepada
penikmat televisi dalam hal ini masyarakat. Seharusnya Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) dapat menjalankan fungsinya untuk mengawasi penyiaran di
Indonesia. Memilih program televisi mana yang pantas untuk ditampilkan di muka
masyarakat umum. Dan tentunya yang sesuai dengan nilai, kultur dan budaya
masyarakat Indonesia sendiri.
Bukan
hanya KPI, tetapi semua pihak juga sudah seyogyanya saling bahu membahu membenahi
persoalan yang menjadi persoalann umum di Indonesia sekarang ini. Dimulai dari
stasiun-stasiun televisi, seharusnya mereka membuat atau menayangkan
program-program atau acara-acara yang mengandung unsur edukasi yang bermanfaat
bagi penonton. Bukan hanya sekedar mementingkan rating atau materil saja
sedangkan nilai atau norma dalam acaranya diabaikan begitu saja. Mereka
seharusnya sadar bahwa sebagian besar atau bahkan seluruh masyarakat indonesia
pasti menggunakan televisi dalam kesehariannya. Dan yang harus diingat adalah
penikmat televisi bukan hanya orang dewasa, tetapi anak-anak juga turut serta
melihatnya. Jadi selain sinetron, infotainment, dan hiburan, buatlah sebuah
program yang dikhususkan untuk anak-anak. Ya tentunya harus program yang
mengandung unsur pendidikan.
Selain
itu, masyarakat Indonesia juga harus pintar dalam memilih acara yang
ditontonnya. Pilihlah acara yang bermanfaat untuk ditonton, acara yang memiliki
nilai atau norma yang baik dan acara yang sesuai dengan kriteria umurnya. Disamping
itu, orang tuapun harus mengawasi anak-anaknya ketika menonton televisi. Jangan
sampai anak-anaknya menonton acara yan salah. Karena akan berdampak untuk
kebiasaan dan karakternya.
Televisi
sebagai sarana yang paling efektif dalam menyampaikan atau memberikan informasi
kepada masyarakat seharusnya juga bisa menjadi sarana pendidikan. Karena
televisi juga memberikan andil yang cukup besar dalam membentuk karakter dan
pemikiran generasi muda. Apabila masyarakatnya lebih sering melihat
program-program televisi yang seperti sekarang ini memenuhi dunia pertelevisian
indonesia, mau seperti apa karakter bangsa kita kelak? Tentunya bukan karakter
yang suka menyakiti perasaan orang lain dengan hinaannnya yan kita harapkan,
melainkan karakter yang berbudi luhur dan berpikiran maju untuk membangun
bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik lagi, bangsa yang mampu membuat
perubahan bagi peradaban dunia. Bukan sebaliknya.
Coba kirimkan ke media cetak.
BalasHapus